Senin, 25 Juli 2011

Artis Lokal dan Artis Internasional Imbang di Java Rockin'land 2011 Hari Pertama



30 Seconds To Mars, Loudness, Naif, Netral dan Blood Red Shoes di antara yang tampil.

Oleh: Reno Nismara
Share :   
image
Suasana saat headliner 30 Seconds To Mars tampil di hari pertama Java Rockingland 2011. (Foto: Bayu Adhitya)
Jakarta - “Due to technical reasons, Thirty Seconds To Mars show is delayed to 00.45. We apologize for any inconvenience #JRL2011,” tulis pihak Java Festival Productions selaku panitia Java Rockin’land melalui akun Twitter resmi mereka di @JavaRockingland pada Jumat (22/7) siang, beberapa jam sebelum gerbang festival tersebut dibuka untuk pertama kalinya pada tahun ini.

Ya, 30 Seconds to Mars, selaku headliner pada hari pertama festival musik yang dianggap terbesar se-Asia Tenggara ini, memang mengalami kemunduran jadwal yang cukup drastis, dua jam. Tadinya, mereka direncanakan untuk tampil pada 23.00 WIB, namun karena dua personel band asal Los Angeles tersebut kabarnya ketinggalan pesawat, jadwal penampilan mereka pun diundur hingga dua jam.

Namun, kendala tersebut tidak berpengaruh apa-apa terhadap antusiasme penonton pada malam itu. Mereka tetap bersabar menunggu idola mereka naik ke atas panggung. Bahkan tidak sedikit yang rela menempati posisi di depan panggung terbesar di Java Rockin’land, GG Intermusic Stage, sejak sore hari tanpa beranjak sedikit pun.

Alhasil, vokalis dan gitaris Jared Leto, gitaris sekaligus kibordis Tomo Milicevic, dan drummer Shannon Leto pun tampil tanpa ingin mengecewakan The Echelon, sebutan bagi penggemar 30 Seconds to Mars, yang hadir. Mereka tampil membawakan 12 lagu dengan rangkain gimmick yang seakan tak pernah habis, mulai dari pelepasan balon-balon besar berwarna merah ke arah penonton, penyemburan confetti, hingga mengajak sejumlah penonton naik ke atas panggung untuk berjingkrak-jingkrak bebas di sana. Visual dan lightingmutakhir pun turut menghiasi penampilan mereka.

Repertoar 30 Seconds to Mars malam itu dibuka dengan “Escape” dan ditutup dengan encore “Kings& Queens”.

Mewakili generasi yang relatif lebih tua, band heavy metal Jepang yang berdiri pada tahun 1981, Loudness, berhasil membuat penonton menangguk-anggukkan kepala mereka. Band yang diperkuat oleh Minoru Niihara pada vokal, Akira Takasaki pada gitar, Masayoshi Yamashita pada bass, dan Masayuki Suzuki pada drum ini menghempaskan aura rock ’80-an kental dengan nuansa Jepang khas mereka.

Seperti biasa, para personil Loudness, yang memang dikenal memiliki kemampuan bermusik mumpuni, terus menunjukkan betapa andalnya mereka dalam mengolah bebunyian dari alat musik mereka masing-masing. Tak heran, devil horns seringkali terangkat dari lautan penonton yang tersebar di hadapan panggung Simpati Stage.

Bermain hampir bersamaan dengan Loudness adalah The Changcuters, dengan pakaian seragam kemeja ungu dan celana panjang putih, di Tebs Stage dan Naif, yang berhasil membuat BNI Stage disesaki penonton.

Namun, Naif bukanlah band pertama yang berhasil membuat BNI Stage penuh. Dua jam sebelumnya, trio Bagus, Coki, dan Eno dari Netral juga meraih pencapaian yang sama.

BNI Stage, stage indoor yang seringkali dipakai penonton sebagai tempat istirahat karena eksistensi pendingin ruangan, pun langsung memiliki suhu udara yang panas sekaligus pengap. Tapi itu tidak membuat para penonton berhenti bersukaria demi menikmati band kegemaran mereka.

Jika Naif bermain bersamaan dengan Loudness, Netral bermain serempak dengan duo asal Brighton, Inggris, Laura Mary-Carter, gitaris, dan Steven Ansell, drummer, dari Blood Red Shoes.

Merupakan fakta menggembirakan bahwa dua band lokal tersebut dapat menyedot perhatian penonton dalam memenuhi BNI Stage hingga menjalar keluar dari area stage ketika, di saat yang bersamaan, band yang datang dari negeri seberang juga sedang menunjukkan performa terbaiknya.

We Are Scientists dan The Dirt Radicals adalah dua band mancanegara lain yang turut meramaikan Java Rockin’land hari pertama. Mereka masing-masing berasal dari New York dan Singapura. We Are Scientists bermain di GG Intermusic Stage, sementara The Dirt Radicals di Tebs Stage.

Dua band lokal yang pantas mendapat sorotan lebih pada malam itu adalah band eksperimental Bandung, Polyester Embassy, dan Wonderbra, sebuah band rock n’ roll dan blues dengan balutan psikedelik dan suara vokalis Thera yang akan mengingatkan pendengarnya akan kejayaan Janis Joplin.

Malam itu, Wonderbra tampil dengan format teatrikal. Di mana sebuah karakter setan penggoda bernama Asusilo Bambang Udhoyono, disingkat ASU, terus muncul di antara lagu untuk memberikan benang merah dari setiap lagu yang dibawakan.

Di penghujung penampilan Wonderbra, Thera mengumumkan bahwa malam itu adalah penampilan terakhir bandnya dalam waktu dua tahun ke depan.

“Terima kasih sudah mau menyempatkan diri untuk menonton kami walaupun We Are Scientist sedang main di luar. Tepuk tangan dong! Tapi kami juga mau menginformasikan bahwa ini akan menjadi penampilan terakhir Wonderbra sampai dua tahun lagi, karena saya mau menuntut ilmu di negeri seberang,” jelas Thera dari atas panggung.

Ia juga mengumumkan bahwa album kedua Wonderbra, Friksi Friksi, sudah dirilis dan dapat dibeli di toko-toko musik.

Penampilan Wonderbra juga dimeriahkan oleh Anda dan Adrian Adioetomo.

Hari pertama Java Rockin’land 2011 juga dimeriahkan oleh Fable yang malam itu dibantu oleh Ario Hendarwan dari The Adams pada gitar dan Putra Praditya dari Drew pada drum serta menampilkan Buluk dari Superglad pada satu lagu, Sheila on 7 yang meraup banyak penonton, TOR yang malam itu tampil dalam format jammingdengan bantuan Adrian Adioetomo, PAS Band yang menjadi penampil pertama di panggung GG Intermusic Stage, dan band pertama yang tampil pada Java Rockin’land 2011, Seringai.

Arsip Blog