Senin, 25 Juli 2011

Band Indie Yogyakarta Brilliant at Breakfast Akan Tampil di Singapura


Senin, 25/07/2011 15:09 WIB


Mengadakan konser pamitan di Teater Garasi sebelum tampil di acara Rockin The Region.

Oleh: Ardi Wilda
Share :   
image
Brilliant At Breakfast (Foto: Ogi Answer Sheet)
Jakarta - Sabtu (23/7) halaman Teater Garasi dipenuhi bola lampu warna-warni seperti sebuah pasar malam kecil. Kelap-kelip lampu warna-warni malam itu menerangi tujuh personel Brilliant at Breakfast yang mengadakan "konser pamitan" sebelum bermain di Esplanade, Singapura dalam perhelatan Rockin’ The Region.

“Terimakasih sudah datang menyaksikan kami walau pertandingan sepakbola Timnas Indonesia juga menggiurkan untuk ditonton,” kelakar Eka sang vokalis saat memulai konser yang berbarengan waktunya dengan pertandingan Pra-Piala Dunia antara Turkmenistan melawan Indonesia.

Di penampilan malam itu band indiepop yang baru saja merilis album bertitel Being Verbose is Easy, Being Verbose ain’t Easy memainkan sebuah konser berkonsep storytelling yang sangat apik. Mereka membuat cerita sederhana yang mirip dengan kisah Alice in Wonderland untuk membawa penonton menyelami cerita-cerita di balik lagu mereka.

Lagu-lagu yang dibawakan pun akhirnya menjadi menarik tak hanya karena permainan manis dari band yang kental dengan sound ala Belle and Sebastian ini melainkan juga karena penonton menjadi paham gagasan di balik lagu-lagu mereka.

Berturut-turut mereka menyanyikan lagu-lagu di album baru mereka seperti “Songwriting Song”, “Strawberry V” ataupun “Gundala Putra Petir”. Lagu yang dibawakan ditambah gaya bercerita Eka sebagai storytellerberhasil membuat penonton seperti diberi dongeng pengantar tidur.

Meski sangat sederhana namun penampilan Brilliant at Breakfast selama kurang lebih satu jam meyakinkan penonton kalau mereka bukan band indiepop kacangan yang identik dengan foto di rerumputan untuk sampul album.

Pergelaran ini sebenarnya terjadi karena tawaran dari Risky Summerbee yang juga aktif dalam kelompok teater Garasi. Menurut Risky Summerbee saat mengetahui Brilliant at Breakfast akan tampil di Rockin’ The Region ia mengajak untuk mengadakan semacam konser pamitan pada publik di Jogja.

“Teater Garasi emang mengadakan acara periodikal untuk band presentasi karya dan gagasan di balik karya mereka, sebelum Brilliant at Breakfast, Risky Summerbee and The Honeythief, Sarita Fraya sama Belkastrelka juga pernah main. Dan Brilliant malam ini main dengan konsep storytelling yang menarik,” tutur vokalis Risky Summerbee and The Honeythief saat ditemui selesai konser.

Brilliant at Breakfast sendiri akan tampil di Esplanade pada tanggal 29-30 Juli 2011 bersama band dari Malaysia dan Singapura. “Rockin’ The Region tahun ini konsepnya emang beda, biasanya mereka ngundang tiga band dari satu negara. Tahun lalu misalnya ada Risky Summerbee and The Honeythief, Adhitia Sofyan sama The Trees and The Wild dari Indonesia main disana. Tahun ini mereka ngundang tiga band dari tiga negara. Kita dikabarin dari komunitas indiepop Singapura konsep ini sebenarnya biar terjalin komunikasi dengan band di negara lain,” tutur manajer sekaligus personil band ini, Arkam.

Dalam perhelatan Rockin’ The Region yang berlangsung pada 29-31 Juli nanti Brilliant at Breakfast akan bermain bersama Harmacy (Malaysia) dan Paint The Sky Red (Singapura). Diundangnya Brilliant at Breakfast dalam Rockin’ The Region ini jelas menjadi sinyal kuat bahwa scene indiepop masih berdiri tegak walau ditinggal salah satu legendanya yakni Bangkutaman yang hijrah ke ibukota. Boleh jadi Brilliant at Breakfast akan jadi motor bagi perkembangan scene indiepop Yogyakarta di masa yang akan datang.

Live Review: Helloween Java Rockin'land 2011 - Pantai Karnaval Ancol. Jakarta, 24 Juli 2011


icon_star_full icon_star_full icon_star_full icon_star_half icon_star_off


Selain masih prima sebagai vokalis band power metal, Andi Deris berbakat jadi stand-up comedian.
Oleh: Rama Wirawan
Share :   
image
Michael Weikath, gitaris Helloween (Foto: Bayu Adhitya)
Sedikitnya ada tiga hal menarik untuk disorot dalam sebuah konser band pengusung langgam musik power metal. Pertama, lengkingan demi lengkingan sang vokalis yang terkadang tidak masuk akal bagi orang kebanyakan dan membuat penonton menggeleng-gelengkan kepala karena kagum. Kedua, aksi gitaris dalam memainkan melodi pada bagian interlude secara akurat dalam tempo yang cepat. Dan ketiga, semegah apa suasana dibangun di atas panggung dengan tata suara serta tata cahaya untuk memenuhi ekspektasi penonton atas langgam musik tersebut yang seyogyanya epic.

Andi Deris, vokalis Helloween jaman ketiga setelah Kai Hansen (1984-1986) dan Michael Kiske (1986-1993), sempat membuat saya kecewa pada poin pertama saat tampil di GGI stage Java Rockin’land hari ketiga, Minggu [25/7/2011] kemarin di Pantai Karnaval, Ancol. Hal itu terjadi ketika band asal Hamburg, Jerman, pionir gerakan Power Metal Eropa tersebut membawakan lagu dari jaman Kiske, “I’m Alive.” Alih-alih menutup lagu itu dengan high register yang diimbuh efek audio delay untuk menciptakan klimaks, Deris malah menggunakan teknik falsetto untuk mencapai nada tinggi.

Namun, kekecewaan itu tidak bertahan lama. Ada tiga hal yang mampu melunturkan perasaan itu dengan cepat. Pertama, karena selanjutnya hingga Helloween memungkas penampilan dengan lagu “I Want Out” Deris tidak lagi mengulangi kesalahan serupa dan menyanyikan semua bagiannya dengan suara asli.

Kedua, karena secara keseluruhan Helloween tampil mengesankan dengan memainkan sebanyak 11 lagu -- termasuk medley tiga lagu mereka yang sama-sama berdurasi tak kurang dari tiga belas menit “Keeper of the Seven Keys,” “The King for a 1000 Years” dan “Halloween.” Pujian terutama patut diberikan kepada pemain drum dan sekaligus personel paling baru di antara yang lain Daniel Loble karena berhasil menjaga tempo dan kekuatannya selama itu.

Dan ketiga, Andi Deris yang notabene sebelumnya sudah pernah menyambangi Indonesia sebanyak dua kali bersama Helloween seolah-olah telah mengenal selera humor penonton di negeri ini. Di sela-sela lagu, Deris sempat beberapa kali melawak yang membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal.

Salah satunya adalah ketika ia menceritakan mengenai wiski berharga sangat mahal yang ia beli pada sebuah tur dan malah diminum oleh Daniel Loble tanpa sepengetahuannya. Atas hal itu, ia menyebut Loble sebagai “motherfucker.”

“Dan tahukah kalian hal yang terburuk dari itu semua? Dia mencampur wiski itu dengan Coca-Cola,” kata Deris sembari menurunkan ibu jarinya, penonton pun tertawa. Kemudian ia melanjutkan, “Sebentar, saya barusan mendengar penonton perempuan di depan sini bertanya, ‘So what?’ Honey, mencampur wiski dengan Coca-Cola is a blasphemy.

Lalu Deris memberitahu penonton, pada posisi yang ditempati Loble, yaitu di belakang perangkat drum, ia sama sekali tidak bisa mendengar apa yang Deris ucapkan. “Tenang saja, dia tidak bisa mendengar kita. Lihat ini, ya. Hi, motherfucker!” Deris melambaikan tangannya ke Loble sambil memasang muka seolah ia sedang membicarakan hal baik-baik mengenai temannya itu. Dan Loble pun dengan wajah datar membalas lambaiannya seraya terus memainkan drum seolah benar-benar tidak tahu dirinya sedang dibicarakan. Sekali lagi penonton tertawa.

Tapi jelas ini adalah sebuah konser metal dan bukan pertunjukan lawak. Helloween jelas masih punya daya gempur dalam musiknya dan karenanya lawakan Deris tadi bukanlah sebuah cara untuk menutupi usia band ini yang telah menginjak usia 27 tahun.

Gitaris Michael Weikath -- yang sejak era album Rabbit Don’t Come Easy (2003) berduet dengan gitaris Sascha Gerstner -- masih memukau dengan aksi permainan melodinya yang akurat, rapi nan indah. Dan ketika mereka berdua maju ke bibir panggung bersama pemain bass yang juga sekaligus salah satu personel terlama Markus Grosskopf untuk beraksi di depan sana, Helloween berhasil membuat saya merinding dan pada saat yang sama memenuhi dua poin terakhir yang sempat disebut di awal tadi. Gempuran itu terasa nyata ketika tanah di Pantai Karnaval menggelinjang laksana gempa ketika Helloween membawakan “Future World.”

Pada lagu terakhir, “I Want Out,” sekali lagi Deris membuat penonton tertawa. Ia mengajak penonton untuk meneriakkan “Out!” secara bersama-sama seolah-olah berperan selaku juri yang menentukan berapa nilai yang pantas diperoleh penonton atas teriakan tadi.

“OK, dari 1 sampai 5, saya rasa itu bisa saya kasih nilai 4,” ujar Deris sambil mengangkat bahunya seperti mengatakan: “Yah, mau bagaimana lagi?” Dan tentu saja penonton tidak rela. Maka akhirnya Deris memberikan kesempatan sekali lagi -- tidak, Deris memberikan kesempatan 10 kali lagi kepada penonton untuk meneriakkan “Out!” setelah ia menyanyian bagian “I want…”

“Saya tahu ini sudah larut malam dan kalian ingin pulang,” Deris mencoba memancing emosi penonton yang langsung terlihat lambaian tangan-tangan penonton menandakan mereka tidak setuju. “OK, kalau kalian ingin kami kembali lagi ke sini, saya ingin kalian berteriak sekeras-kerasnya. Jadi ketika besok ditanya teman kalian, ‘Dari mana semalam?’ kalian bisa menjawab, ‘Habis nonton konser Helloween’ (Deris mengucapkan kalimat itu dengan memegang lehernya dan suara yang seolah-olah serak).”

Lantas, penonton yang dipancing emosinya sedemikian rupa pun langsung menuruti keinginan Deris. Sebanyak sepuluh kali mereka meneriakkan “Out!” sebelum akhirnya Helloween menuntaskan lagu tersebut dan turun dari panggung dengan wajah yang terlihat bahagia. Mereka telah menaklukkan Indonesia sekali lagi serta mengalahkan hujan yang sempat turun di tengah-tengah penampilan dengan membuat penonton tetap bertahan di sana.

Artis Lokal dan Artis Internasional Imbang di Java Rockin'land 2011 Hari Pertama



30 Seconds To Mars, Loudness, Naif, Netral dan Blood Red Shoes di antara yang tampil.

Oleh: Reno Nismara
Share :   
image
Suasana saat headliner 30 Seconds To Mars tampil di hari pertama Java Rockingland 2011. (Foto: Bayu Adhitya)
Jakarta - “Due to technical reasons, Thirty Seconds To Mars show is delayed to 00.45. We apologize for any inconvenience #JRL2011,” tulis pihak Java Festival Productions selaku panitia Java Rockin’land melalui akun Twitter resmi mereka di @JavaRockingland pada Jumat (22/7) siang, beberapa jam sebelum gerbang festival tersebut dibuka untuk pertama kalinya pada tahun ini.

Ya, 30 Seconds to Mars, selaku headliner pada hari pertama festival musik yang dianggap terbesar se-Asia Tenggara ini, memang mengalami kemunduran jadwal yang cukup drastis, dua jam. Tadinya, mereka direncanakan untuk tampil pada 23.00 WIB, namun karena dua personel band asal Los Angeles tersebut kabarnya ketinggalan pesawat, jadwal penampilan mereka pun diundur hingga dua jam.

Namun, kendala tersebut tidak berpengaruh apa-apa terhadap antusiasme penonton pada malam itu. Mereka tetap bersabar menunggu idola mereka naik ke atas panggung. Bahkan tidak sedikit yang rela menempati posisi di depan panggung terbesar di Java Rockin’land, GG Intermusic Stage, sejak sore hari tanpa beranjak sedikit pun.

Alhasil, vokalis dan gitaris Jared Leto, gitaris sekaligus kibordis Tomo Milicevic, dan drummer Shannon Leto pun tampil tanpa ingin mengecewakan The Echelon, sebutan bagi penggemar 30 Seconds to Mars, yang hadir. Mereka tampil membawakan 12 lagu dengan rangkain gimmick yang seakan tak pernah habis, mulai dari pelepasan balon-balon besar berwarna merah ke arah penonton, penyemburan confetti, hingga mengajak sejumlah penonton naik ke atas panggung untuk berjingkrak-jingkrak bebas di sana. Visual dan lightingmutakhir pun turut menghiasi penampilan mereka.

Repertoar 30 Seconds to Mars malam itu dibuka dengan “Escape” dan ditutup dengan encore “Kings& Queens”.

Mewakili generasi yang relatif lebih tua, band heavy metal Jepang yang berdiri pada tahun 1981, Loudness, berhasil membuat penonton menangguk-anggukkan kepala mereka. Band yang diperkuat oleh Minoru Niihara pada vokal, Akira Takasaki pada gitar, Masayoshi Yamashita pada bass, dan Masayuki Suzuki pada drum ini menghempaskan aura rock ’80-an kental dengan nuansa Jepang khas mereka.

Seperti biasa, para personil Loudness, yang memang dikenal memiliki kemampuan bermusik mumpuni, terus menunjukkan betapa andalnya mereka dalam mengolah bebunyian dari alat musik mereka masing-masing. Tak heran, devil horns seringkali terangkat dari lautan penonton yang tersebar di hadapan panggung Simpati Stage.

Bermain hampir bersamaan dengan Loudness adalah The Changcuters, dengan pakaian seragam kemeja ungu dan celana panjang putih, di Tebs Stage dan Naif, yang berhasil membuat BNI Stage disesaki penonton.

Namun, Naif bukanlah band pertama yang berhasil membuat BNI Stage penuh. Dua jam sebelumnya, trio Bagus, Coki, dan Eno dari Netral juga meraih pencapaian yang sama.

BNI Stage, stage indoor yang seringkali dipakai penonton sebagai tempat istirahat karena eksistensi pendingin ruangan, pun langsung memiliki suhu udara yang panas sekaligus pengap. Tapi itu tidak membuat para penonton berhenti bersukaria demi menikmati band kegemaran mereka.

Jika Naif bermain bersamaan dengan Loudness, Netral bermain serempak dengan duo asal Brighton, Inggris, Laura Mary-Carter, gitaris, dan Steven Ansell, drummer, dari Blood Red Shoes.

Merupakan fakta menggembirakan bahwa dua band lokal tersebut dapat menyedot perhatian penonton dalam memenuhi BNI Stage hingga menjalar keluar dari area stage ketika, di saat yang bersamaan, band yang datang dari negeri seberang juga sedang menunjukkan performa terbaiknya.

We Are Scientists dan The Dirt Radicals adalah dua band mancanegara lain yang turut meramaikan Java Rockin’land hari pertama. Mereka masing-masing berasal dari New York dan Singapura. We Are Scientists bermain di GG Intermusic Stage, sementara The Dirt Radicals di Tebs Stage.

Dua band lokal yang pantas mendapat sorotan lebih pada malam itu adalah band eksperimental Bandung, Polyester Embassy, dan Wonderbra, sebuah band rock n’ roll dan blues dengan balutan psikedelik dan suara vokalis Thera yang akan mengingatkan pendengarnya akan kejayaan Janis Joplin.

Malam itu, Wonderbra tampil dengan format teatrikal. Di mana sebuah karakter setan penggoda bernama Asusilo Bambang Udhoyono, disingkat ASU, terus muncul di antara lagu untuk memberikan benang merah dari setiap lagu yang dibawakan.

Di penghujung penampilan Wonderbra, Thera mengumumkan bahwa malam itu adalah penampilan terakhir bandnya dalam waktu dua tahun ke depan.

“Terima kasih sudah mau menyempatkan diri untuk menonton kami walaupun We Are Scientist sedang main di luar. Tepuk tangan dong! Tapi kami juga mau menginformasikan bahwa ini akan menjadi penampilan terakhir Wonderbra sampai dua tahun lagi, karena saya mau menuntut ilmu di negeri seberang,” jelas Thera dari atas panggung.

Ia juga mengumumkan bahwa album kedua Wonderbra, Friksi Friksi, sudah dirilis dan dapat dibeli di toko-toko musik.

Penampilan Wonderbra juga dimeriahkan oleh Anda dan Adrian Adioetomo.

Hari pertama Java Rockin’land 2011 juga dimeriahkan oleh Fable yang malam itu dibantu oleh Ario Hendarwan dari The Adams pada gitar dan Putra Praditya dari Drew pada drum serta menampilkan Buluk dari Superglad pada satu lagu, Sheila on 7 yang meraup banyak penonton, TOR yang malam itu tampil dalam format jammingdengan bantuan Adrian Adioetomo, PAS Band yang menjadi penampil pertama di panggung GG Intermusic Stage, dan band pertama yang tampil pada Java Rockin’land 2011, Seringai.

Ibunda Amy Winehouse Telah Memprediksi Kematian Anaknya


Senin, 25/07/2011 17:59 WIB


Amy sempat berkata cinta ibunya saat terakhir mereka bertemu.

Oleh: Athina Hilman
Share :   
image
Amy Winehouse (Foto: Festival Eurockeennes)
Jakarta -
Kematian tragis penyanyi soul dan R&B tenar, Amy Winehouse ternyata tidak terlalu mengejutkan ibunya, Janis. “Kondisi Amy tampak tidak sehat,” jelas Janis. “Namun kepergiannya yang tiba-tiba masih belum mengejutkan saya,” imbuhnya
Janis bertemu dengan anak perempuannya tersebut hanya sehari sebelum Winehouse meninggal dunia dan Janis bercerita bahwa hari itu Winehouse sempat berkata, “Aku cinta ibu” tepat sebelum Janis meningalkan kediaman anaknya di Camden, Inggris.
Sementara ayah Winehouse, Blake, sedang berada di New York, AS saat mendengar kabar tersebut dan segera membatalkan acaranya untuk pulang kembali ke Inggris. “Aku sangat terpukul kehilangan seorang putri. Ini adalah guncangan besar bagi saya dan keluarga,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.
Wanita kurus bertato ini diakui dunia musik sebagai salah seorang penyanyi perempuan berbakat yang cukup disegani. Sayangnya, walaupun ia memenangkan beberapa penghargaan di Grammy Awards, termasuk Record of the Year tahun 2008, pelantun lagu “Rehab” ini sudah lama mengalami kecanduan narkoba dan minuman keras. 
“Keluarga kami telah kehilangan seorang anak, kakak dan keponakan. Ia akan selalu berada di hati dan hidup kami,” jelas pernyataan dari keluarga Winehouse kepada US Weekly.
Penampilan terakhir Winehouse di depan publik adalah saat berduet lagu The Shirelles, “Mama Said” bersama anak angkatnya, Dionne Bromfield, yang baru berumur 15 tahun di Roundhouse, Camden pada hari Rabu (20/7) lalu. 

Jay Park Ingin "Menikah" dengan Min Hyo Rin

Senin, 25/07/2011 12:25 WIB

Annisa Steviani - hotMusic


Jay Park Ingin
Jay Park (jaypark.com)
Jakarta - Pelantun single 'Abandoned', Jay Park menyatakan bahwa ia ingin menikah dengan seorang aktris. Bahkan menikah menjadi rencana utamanya saat ini. Wow!

Namun, menikah di sini maksudnya bukan menikah yang sebenarnya. Jay hanya ingin "menikah" dalam variety show 'We Got Married' di mana sepasang selebriti dipasangkan dan diberi misi layaknya pasangan yang sudah menikah. Menata rumah, memasak, dan sebagainya.

Dalam episode 'Section TV Entertainment News', Minggu (24/7/2011), Jay menyatakan bahwa ia iri dengan Kwon Ri Sae yang saat ini sedang membintangi 'We Got Married' dengan penyanyi David Oh.

"Aku iri denganmu Kwon, kamu bisa tampil di 'We Got Married'. Kalau aku diberi kesempatan, aku ingin Min Hyo Rin menjadi istriku," ujar Jay dilansir Daily KPop News, Senin (25/7/2011).

Min Hyo Rin adalah aktris, model, dan penyanyi. Ia pernah menjadi model video klip FT Island 'A MAn's First Love Will Follow Him to the Grave' dan 'Only One Person'.

Kemudian ketika pembawa acara bertanya tentang rencana masa depannya, Jay kembali menjawab, "Aku akan tampil dalam 'We Got Married' bersama Min Hyo Rin," ujar Jay sambil tertawa.

CN Blue Konser di Korea 17 September

Senin, 25/07/2011 19:21 WIB

Annisa Steviani - hotMusic


CN Blue Konser di Korea 17 September
CN Blue (FNC Music)
Jakarta - Band pelantun hit 'I'm a Loner', CN Blue akan menggelar konser di Korea pada September mendatang. Berita itu disampaikan langsung oleh agensi CN Blue, FNC Music melalui akun Twitter resminya.

"CN Blue 2011 Asia Tour Concert 'Bluestorm' di 17 dan 18 September di Olympic Hall, Seoul," demikian isi tweet dari FNC Music, Senin (25/7/2011). Agensi yang juga menaungi band FT Island itu juga menyertakan foto poster konser tersebut.

Konser di Seoul ini akan menandai dimulainya perjalanan konser CN Blue di seluruh Asia. Mereka akan berkeliling negara-negara Asia selama 2 bulan. Demikian dilansir Reuters, Senin (25/7/2011).

Sebelumnya CN Blue sukses menggelar konser pertama mereka 31 Juli 2010 lalu. Konser yang digelar di AX Hall, Korea itu ditonton oleh 3.000 BOICE (sebutan untuk fans CN Blue) yang tak henti berteriak sepanjang konser.

Saat ini CN Blue baru saja menyelesaikan jumpa fans kedua di Jepang. Sementara Yonghwa dan Minhyuk sedang disibukkan dengan syuting drama seri 'Heartstrings' bersama aktris Park Shin Hye.

Incubus: Kami Punya Pengalaman Bagus dengan Fans di Indonesia

Senin, 25/07/2011 18:00 WIB

Yulia Dian - hotMusic


Incubus: Kami Punya Pengalaman Bagus dengan Fans di Indonesia
Incubus (Yulia Dian/detikhot)
Jakarta - Incubus akan menggelar konser di Jakarta, Selasa (26/7/2011). Detikhot berkesempatan berbincang dengan para personelnya. 

Band asal California itu sudah pernah singgah di Jakarta pada Maret 2008. Tahun ini mereka merilis album ketujuh bertajuk 'If Not Now, When' dan tur pun digelar.

Diprakarsai promotor Showmaxx Entertainment dan label Sony Music Indonesia, detikhot berjumpa dengan Incubus di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (25/7/2011).

Satu jam sebelum wawancara dimulai, lewat akun @detikhot para fans diberi kesempatan untuk ikut bertanya. Ini dia beberapa pertanyaan yang sudah tersaring dan dijawab langsung oleh Ben Kenney sang bassis.

@chairandy dan @Maniakmusik
titip pertanyaan buat incubus kenapa mereka memilih indonesia sebagai negara pembuka tur dunia mereka?thx

Sebenarnya kita sudah mulai tur dari California dan kami main di beberapa tempat di New York, itu sekitar beberapa bulan lalu. Kami juga baru datang di Kuala Lumpur (Stadium Negara, 23 Juli 2011). 

@LuluHerawati
nitip pertanyaan mbk :) beda konser Incubus skrng sm di thn 2008 lalu apa y?

Untuk tur ini ('If Not Now, When') kami berlatih 86 lagu dengan songlist berbeda di tiap negaranya. Yang jelas sekarang kami punya materi baru yang bisa dibagi.

@iPrasojo
@detikhot titip tanya2: "hal apa yg bikin INCUBUS balik lagi konser di indonesia??" makasih :))

Kami punya pengalaman yang bagus dengan fans di Indonesia, jadi ketika tawaran itu datang ya kenapa tidak.

@indiedo
@detikhot mbak dian mau titip pertanyaan buat Incubus : gimana kesan mereka dua kali ke Indonesia (jakarta) terimakasih :D

Sepertinya Indonesia tak banyak berubah, masih sama. Kemacetannya masih bisa kami rasakan. Karena di sini luar biasa, bukan hanya ada jutaan mobil tapi juga jutaan motor. Tapi saya secara pribadi ingin pergi ke tempat surfing di Indonesia. Mudah-mudahan setelah wawancara ini bisa jalan-jalan. 

@niken_ratnasiwi
Titip pertanyaan dong kenapa nama album mereka if not now, when? Apakah ada sangkut pautnya sm 2012 ?

'If Not Now, When' itu datang dari lirik yang ditulis Brandon (vokalis). Kalau nggak sekarang lalu kapan? Kalimat itu kami rasa tepat dan semua orang mengerti. Seperti melakukan sesuatu, sebuah pilihan. Jika tidak melakukannya sekarang, lalu kapan? Apakah dengan tidak mengambil kesempatan, kamu akan merasa lebih baik?

@BeyShofyDanilof
@detikhot titip pertanyaan dunk,apakah kehidupan pribadi kalian di amrik juga ter ekspose seperti artis hollywood kebanyakan?

Ribuan atau bahkan ratusan ribu orang nonton konser saya dan ketika pulang semua kembali normal. Brandon lebih sering berhadapan dengan itu (masalah popularitas). Tapi semua band, semua penyanyi memang begitu. Ada aja orang mengikuti atau memperhatikan kalau di jalan, tapi buat saya luar biasa orang tidak terlalu ngeh. Saya jadi tetap punya kehidupan normal. Tapi tentu saja saya tak bisa melakukan hal bodoh. Masuk berita dan dapat perhatian. Seperti merampok atau sebagainya (tertawa). Selain itu semuanya baik-baik saja. Rahasianya, ya jangan sampai ketahuan publik. 

Ben adalah orang yang ramah dan rendah hati. Baginya bisa kembali berada di Indonesia sangatlah menyenangkan karena ia begitu jauh dari rumah. Konser Incubus akan digelar di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (25/7/2011) malam.

Arsip Blog