Beberapa bulan ini, gue malah asyik nonton drama Asia ketimbang FTV. Padahal FTV juga lagi buming-bumingnya. Ada rasa yang berbeda bila gue rasakan di dua genre drama ini. Padahal, drama Asia sudah mulai dulu merasuki penonton televisi di Indonesia. Di mulainya film Oshien (jika nggak salah), itu dulu banget saat gue masih kecil. Kemudian buming kembali saat F4 menjadi hits, jaman SMA dulu.
Drama Asia sekarang ini begitu menggoda dari segi cerita. Bukan dari kisah asmara yang di eksplore, namun dari segi bakat (hobi) atau pekerjaan mereka yang begitu diangkat. Kerja keras, nilai pengorbanan dan yang paling pemirsa selalu berkeringat alias gregetan adalah sifat cool yang ada pada para pemain drama Asia.
Salah satu film yang begitu melekat bagi pemirsa termasuk gue sendiri adalah pasta. Bagaimana perjuangan seorang koki wanita yang ingin menjadi chef. Berbagai rintangan dan halangan dia lewati hanya untuk menjadi chef. Atau masih ingat film ‘badboy’, bagaimana aktor pria begitu menggoda karna adegan cool-nya. Lalu, bagaimana dengan FTV yang sedang menjadi trend baru dalam industri televisi? Yang pasti sangat bagus, tinggal pendapat pemirsa televisi mengenai FTV sendiri.
Meski drama Asia hadir 3 kali sehari, siang, sore dan malam hari, tentunya perfilman Indonesia sedikit banyak belajar menyuguhkan film-fiilm yang berkualitas. Adanya anugerah FTV menjadi sinyal bahwa produl lokal pun menjadi daya tarik sendiri bagi pemirsanya. Tinggal bagaimana, pemirsa menikmati acara televisi sebagai hiburan belaka.
Mungkin dengan wajah para pemain drama Asia yang muda-muda dan kinclong-kinclong alias cakep - cantik ini yang menjadi daya pikat bagi fans-fans drama Asia di Indonesia. Selain itu, dari segi cerita mereka lebih menekankan nilai-nilai kemanusiaan dan sosial didalamnya. Semoga FTV di Indonesia bisa mengambil sedikit setidaknya nilai-nilai tersebut untuk dimasukkan kedalam skenario. Dan menambah seri drama FTV menjadi lebih lama sedikit agar bisa menarik simpati pemirsa televisi seluruh Indonesia.
Sumber gambar : google